Sabtu, 19 November 2016

Jejak Kaki Raksasa Ditemukan di Dekat Kuburan Pak Harto, Presiden Indonesia ke-2

Presiden Indonesia Pak Soeharto adalah seorang Jawa yang sangat percaya pada hal-hal mistik. Kiprah politiknya yang diktator itu tak lepas dari mistik. Antara mistik Jawa dan Politiknya sama sekali tidak bisa dipisahkan.

Pak Harto dulu juga berwasiat agar dimakamkan di kaki Gunung Lawu karena beliau memang sangat suka dengan gunung angker yang terletak di antara Kabupaten Karang Anyar dan Magetan ini. Pak Harto pun akhirnya dimakamkan di dusun Ngasinan Kabupaten Karang Anyar. Guna memenuhi wasiatnya itu.



Tak jauh dari makam Soeharto ada sebuah situs megalitikum yang bernama Tapak Bima. Ini adalah sebuah situs jejak kaki purba yang ukurannya kurang lebih 1 meter. Saking besarnya jejak kaki ini makanya dinamai Tapak Bima.

Konon dikisahkan di masa lalu, tokoh Bima yang sakti mandraguna diutus oleh Gurunya Resi Drona untuk mencari sebuah benda yang dinamakan susuh angin, yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi Sarang Angin. Susuh Angin entah apa maksud sebenarnya tapi membuat Bima sampailah di kawasan Gunung Lawu ini. Saat menapakkan kaki untuk pertama kalinya, dia menginjak batu besar hingga batu itu penyot membentuk kakinya seperti sekarang. Sebelum akhirnya Bima berkamuflase mengecilkan dirinya.



Ada keangkeran tersendiri di situs Tapak Bima ini. Konon banyak warga kesurupan di sana. Kalau kesurupan mereka bakalan teriak-teriak bergahar-gahar layaknya suara tokoh Bima yang sering diperankan dalam adegan-adegan wayang kulit. Ini tentu saja sangat meresahkan. Makanya sebaiknya jika kalau berkunjung ke Situs Tapak Bima saat akan atau habis ziarah makam Pak Harto, jangan sendirian... Bawalah teman untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti kesurupan itu.

Selain situs Tapak Bima, di sekitar makam Pak Harto juga banyak ditemukan situs megalitikum lain seperti Punden Berundak, Menhir, dan Dolmen. Maka dari itu diyakini di masa lalu kawasan Gunung Salak Karanganyar ini memang sudah ramai sejak dulu. Ramai untuk kegiatan rohani. Untuk itu, kita masyarakat yang hidup di zaman sekarang perlu melestarikan menjaga situs ini agar tidak rusak. Selain itu, pemerintah harus gencar juga promosi agar banyak orang bisa melihat hebatnya situs megalitikum di sekitar gunung salak.

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Kami | Kontak