Alas Roban adalah sebuah hutan yang terletak di desa Gringsing, Kabupaten Batang Jawa Tengah. Alas Roban dulunya merupakan gung liwang-liwung alias hutan belantara yang tak terjamah manusia. Namun pada saat proyek pembangunan jalan Pos Anyer-Panarukan, Alas Roban mulai dibuka oleh para pekerja rodi di bawah pimpinan Jenderal Daendels. Sejak dibukanya Alas Roban pada masa penjajahan Belanda, hingga sekarang Alas Roban masihlah menjadi urat nadi transportasi di Jalur Pantura Jawa.
Sungguh Alas Roban menjadi saksi bisu kejamnya kolonialisme. Banyak para pekerja rodi mati di Alas Roban karena beratnya medan berbukit di sini. Bayangkan saja mereka diminta membabat hutan di kawasan perbukitan yang masih sangat lebat dan asli. Tentu saja pada masa itu belum ada peralatan canggih, semuanya dilakukan manual pastinya dari membabat pohon hingga memasang patok-patok jalan.
Alas Roban meskipun sudah dibuka sebagai jalur transportasi tetap saja menyimpan misteri. Di masa orde baru, terdapat sebuah tindakan politik kejam yang dilakukan oleh penguasa rezim, yaitu: Petrus, alias penembakan misterius. Pada tahun 1980-an, mayat-mayat korban petrus dibuang ke Alas Roban. Kelamnya jejak hidup Alas Roban. Dengan gelimangan darah dan keringat yang tertindas dan tersia-sia itulah yang membuat Alas Roban menjadi sangat angker. Aura mistis sangat kental di sana. Banyak sekali hantu di sana. Dan tentu saja hantu-hantu ini kerap meneror manusia, para pengendara yang melintasi Jalur Alas Roban.
Banyak kisah nyata yang bermunculan. Seperti: diteror kuntilanak hingga hampir tabrakan. Dan tentu saja banyak yang kecelakaan lalu mati di sana. Sungguh Alas Roban sangat angker. Maka dari itu,sebaiknya bila melintasi Alas Roban jangan sampai di malam hari. Usahakan pada pagi hingga sore hari saja saat matahari masih ada di langit. Bila terpaksa melintasi Alas Roban pada malam hari, maka berhati-hatilah dan selalu berdoa. Namun bila tidak yakin mampu melewatinya pada malam hari, sebaiknya hentikan saja perjalanannya, dan menepi di perkampungan warga. Tenang saja, sebenarnya sebelum dan sesudah memasuki Alas Roban ramai, ada pemukiman warga dan ada pula restoran-restoran bertebaran.
Sungguh Alas Roban menjadi saksi bisu kejamnya kolonialisme. Banyak para pekerja rodi mati di Alas Roban karena beratnya medan berbukit di sini. Bayangkan saja mereka diminta membabat hutan di kawasan perbukitan yang masih sangat lebat dan asli. Tentu saja pada masa itu belum ada peralatan canggih, semuanya dilakukan manual pastinya dari membabat pohon hingga memasang patok-patok jalan.
Alas Roban meskipun sudah dibuka sebagai jalur transportasi tetap saja menyimpan misteri. Di masa orde baru, terdapat sebuah tindakan politik kejam yang dilakukan oleh penguasa rezim, yaitu: Petrus, alias penembakan misterius. Pada tahun 1980-an, mayat-mayat korban petrus dibuang ke Alas Roban. Kelamnya jejak hidup Alas Roban. Dengan gelimangan darah dan keringat yang tertindas dan tersia-sia itulah yang membuat Alas Roban menjadi sangat angker. Aura mistis sangat kental di sana. Banyak sekali hantu di sana. Dan tentu saja hantu-hantu ini kerap meneror manusia, para pengendara yang melintasi Jalur Alas Roban.
Banyak kisah nyata yang bermunculan. Seperti: diteror kuntilanak hingga hampir tabrakan. Dan tentu saja banyak yang kecelakaan lalu mati di sana. Sungguh Alas Roban sangat angker. Maka dari itu,sebaiknya bila melintasi Alas Roban jangan sampai di malam hari. Usahakan pada pagi hingga sore hari saja saat matahari masih ada di langit. Bila terpaksa melintasi Alas Roban pada malam hari, maka berhati-hatilah dan selalu berdoa. Namun bila tidak yakin mampu melewatinya pada malam hari, sebaiknya hentikan saja perjalanannya, dan menepi di perkampungan warga. Tenang saja, sebenarnya sebelum dan sesudah memasuki Alas Roban ramai, ada pemukiman warga dan ada pula restoran-restoran bertebaran.
iihh... serem juga nih kalo jalan di jalur pantura malem malem.
BalasHapuswahh serem sekali yaa
BalasHapus