Dibangun pada masa Raja
Samaratungga dari dinasti Syailendra, Candi Borobudur yang mulai dibangun pada
tahun 824 M memiliki 1460 relief dan stupa. Candi Borobudur sebenarnya sudah
diketahui oleh penduduk lokal pada awal abad ke 18. Hanya saja tak ada yang
melakukan penggalian sampai pada akhirnya petinggi pemerintahan Belanda,
Stanford Rafles menemukan candi Budha terbesar di dunia tersebut pada tahun
1814. Akan tetapi baru pada tahun 1885 salah seorang arkeolog bernama, JW
Yzernam mulai melakukan penilitan terhadap relief candi Borobudur.
Namun siapa sangka jika
relief yang terlihat belum lengkap. Karena Yzernam menemukan beberapa relief
yang masih tertimbun dan tersembunyi dibagian bawah candi. Karena konon ada
relief yang sengaja ditimbun karena dianggap terlalu vulgar dan tak seronok. Relief-relief
itu sendiri terletak di bagian kaki candi atau yang biasa disebut dengan
Kamadhatu.
Bagian relief yang
tersembungi itu dikabarkan terdiri lebih dari 160 relief Sutra
Karmawibhangga atau yang bisa diartikan hukum
sebab akibat. Relief-relief itu menggambarkan perbuatan yang dianggap tabu dan
hanya mengikuti hawa nafsu manusia, seperti membunuh, menyiksa, memperkosa, dan
juga menggosip. Selain itu juga banyak adegan dewasa dari berbagai posisi.
Edi Sedyawati selaku Guru
Besar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Indonesia mengklaim jika relief-relief
tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat saat candi itu dibangun. Di sisi
lain, banyak pendapat mengenai penimbunan relief-relief tersebut. Ada pihak
yang mengklaim jika penimbunan tersebut dikarenakan relief-relief tersebut tak
layak dipertontonkan ke publik. Selain itu, ada juga yang berpendapat jika
penimbunan terebut hanya untuk kestabilan candi Borobudur itu sendiri.
Terlepas dari perbedaan
tersebut, keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur menggambarkan ajaran
agama Budha Mahayana, dimana semakin ke atas maka akan semakin mencapai
kesempurnaan. Bagian teratas yang terdiri dari tiga teras melingkar disebut
Arupadhatu, yakni tempat para dewa bersemayam di Nirwana. Sementara bagian
tengah yang terdiri dari empat tingkat dinamakan Rapadhatu, atau yang berarti
tempat dimana manusia sudah dibebaskan dari hawa nafsu dan hal-hal mengenai
duniawi. Sedangkan bagian paling bawah atau Kamadhatu menggambarkan perilaku
penuh dosa yang hanya mengikuti hawa nafsu manusia.
0 komentar:
Posting Komentar