Kamis, 13 Oktober 2016

Misteri Tersembunyi Relief di Kaki Candi Borobudur

Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari dinasti Syailendra, Candi Borobudur yang mulai dibangun pada tahun 824 M memiliki 1460 relief dan stupa. Candi Borobudur sebenarnya sudah diketahui oleh penduduk lokal pada awal abad ke 18. Hanya saja tak ada yang melakukan penggalian sampai pada akhirnya petinggi pemerintahan Belanda, Stanford Rafles menemukan candi Budha terbesar di dunia tersebut pada tahun 1814. Akan tetapi baru pada tahun 1885 salah seorang arkeolog bernama, JW Yzernam mulai melakukan penilitan terhadap relief candi Borobudur.


Namun siapa sangka jika relief yang terlihat belum lengkap. Karena Yzernam menemukan beberapa relief yang masih tertimbun dan tersembunyi dibagian bawah candi. Karena konon ada relief yang sengaja ditimbun karena dianggap terlalu vulgar dan tak seronok. Relief-relief itu sendiri terletak di bagian kaki candi atau yang biasa disebut dengan Kamadhatu.

Bagian relief yang tersembungi itu dikabarkan terdiri lebih dari 160 relief Sutra Karmawibhangga  atau yang bisa diartikan hukum sebab akibat. Relief-relief itu menggambarkan perbuatan yang dianggap tabu dan hanya mengikuti hawa nafsu manusia, seperti membunuh, menyiksa, memperkosa, dan juga menggosip. Selain itu juga banyak adegan dewasa dari berbagai posisi.

Edi Sedyawati selaku Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Indonesia mengklaim jika relief-relief tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat saat candi itu dibangun. Di sisi lain, banyak pendapat mengenai penimbunan relief-relief tersebut. Ada pihak yang mengklaim jika penimbunan tersebut dikarenakan relief-relief tersebut tak layak dipertontonkan ke publik. Selain itu, ada juga yang berpendapat jika penimbunan terebut hanya untuk kestabilan candi Borobudur itu sendiri.


Terlepas dari perbedaan tersebut, keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur menggambarkan ajaran agama Budha Mahayana, dimana semakin ke atas maka akan semakin mencapai kesempurnaan. Bagian teratas yang terdiri dari tiga teras melingkar disebut Arupadhatu, yakni tempat para dewa bersemayam di Nirwana. Sementara bagian tengah yang terdiri dari empat tingkat dinamakan Rapadhatu, atau yang berarti tempat dimana manusia sudah dibebaskan dari hawa nafsu dan hal-hal mengenai duniawi. Sedangkan bagian paling bawah atau Kamadhatu menggambarkan perilaku penuh dosa yang hanya mengikuti hawa nafsu manusia.

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Kami | Kontak