Terseram.com Setiap daerah, kota,
atau pun propinsi selalu memiliki gapura perbatasan yang dijadikan sebagai
pembatas dengan kabupaten, kota, atau pun propinsi di sebelahnya. Bahkan tak
jarang, gapura pembatas dibangun semegah mungkin untuk dijadikan landmark
daerah.
Namun siapa sangka, jika
ada beberapa gapura pembatas yang juga menyimpan kisah mistis dibalik
pembangunannya, seperti gapura perbatasan kota Solo. Gapura berwarna putih yang
berdiri kokoh di tepi jalan raya itu kabarnya dibangun pada masa pemerintahan
Sri Susuhan Pakubuwono X, Raja Kraton Kasunanan Surakarta. Seperti yang telah
diketahui, bahwa Sri Susuhan Pakubuwono X ini adalah raja yang memiliki
kharisma begitu tinggi dan sangat disegani oleh masyarakt pada waktu itu. Tak
hanya itu, pada masa pemerintahannya kraton Surakarta mencapai puncak
kejayaannya. Pada zaman inilah kraton Surakarta mengalami berbagai kemajuan di
segala bidang, baik dalam bidang ekonomi, sosial, atau pun politik.
Kembali ke gapura,
berdasarkan mitos yang beredar, gapura ini memiliki kekuatan mistis sehingga
dijadikan benteng pertahanan terdepan keraton Surakarta. Kekuatan mistis itu sendiri
tak lepas dari pembangunan gapura yang dilengkapi dengan ritual meletakan
lulang balondo. Lulang balondo sendiri berarti, lulang adalah kulit dan balondo
berarti seekor kerbau yang dipercaya memiliki kesaktian pada zaman itu. Suatu
saat kerbau sakti itu mati dan kulitnya diambil, kemudian dipotong-potong yang selanjutnya
ditanam di semua gapura perbatasan kota.
Menurut mitos, setiap
musuh yang memasuki wilayah keraton Surakarta dengan melewati gapura perbatasan
tersebut, maka semua kesaktiannya akan lenyap. Musuh yang awalnya memiliki
kesaktian setinggi apa pun akan berubah menjadi orang biasa saat melewati
gapura tersebut. Kabarnya, kesaktiannya telah dinetralisir oleh lulang balando
yang ditanam di gapura perbatasan. Oleh sebab itu, gapura perbatasan sering
dijadikan sebagai benteng terdepan keraton Surakarta.
Meskipun saat ini zaman
sudah semakin modern, namun masih banyak warga solo yang memercayai mitos
tersebut. Bahkan tak jarang ada beberapa warga yang sengaja meletakkan sesajen
di gapura perbatasan tersbut dengan tujuan sebagai bentuk penghormatan untuk
raja.
0 komentar:
Posting Komentar