Terseram.com - Bus Sumber Kencono menjadi jasa transportasi yang populer bagi masyarakat Jawa Timur dan juga Jawa Tengah. Kebiasaan ugal-ugalan mereka membuat tingkat kecelakaannya menjadi cukup tinggi. Bahkan bus tersebut dikenal juga sebagai Bus Sumber Bencono (Bus Sumber Bencana). Pada suatu hari, bus ini pernah dibakar oleh warga karena mengakibatkan kecelakaan yang menyebabkan pengendara motor tewas ditempat. Karena reputasinya yang buruk, akhirnya pihak bus memutuskan merubah nama mereka menjadi Bus Selamat.
Malam itu suasana sangat dingin, sudah jam 12 tengah malam tapi Bus Sumber Kencono tidak juga datang. Saya saat itu menunggu bus sendirian di sebuah halte bus di Janti. Suasana yang dingin itu membuat bulu kuduk berdiri, belum lagi perasaan was-was karena takut ada preman. Terlebih lagi malam itu adalah malam Jumat Kliwon. Ahhh, campur aduk lah pokoknya.
Dari kejauhan terlihat ada sebuah motor yang menghampiri saya. Sepertinya orang yang diboncengnya mau naik bis juga. Terlihat dia menggunakan jaket kampus, anak kuliahan kayaknya.
"Mau ke mana Mas?" Saya mencoba mengajak ngobrol.
Lebih dari satu kali saya tanya, tapi mereka tidak menjawab dan hanya memalingkan wajahnya ke arah datangnya bis. Sombong sekali orang ini pikir saya.
Tak berapa lama kemudian akhirnya bis legendaris itu datang. Bis itu adalah bis dengan rute Jogja-Surabaya.
Orang yang naik motor tadi naik duluan, terus saya naik setelahnya.
Pas baru masuk ternyata kondisinya sudah hampir penuh. Waktu itu ada satu kursi kosong di bangku yang berderet 3, dua kursi lainnya sudah diisi oleh orang yang sudah naik daritadi.
Saya pun permisi untuk duduk disitu. Tapi mereka sangat tidak sopan, mereka sama sekali tidak menjawab saya. Cuek aja kayak tidak peduli sama saya. Sambil masih merasa kesal, saya pun melihat ke arah belakang dan untungnya ada 3 kursi kosong di paling belakang. Langsung saja saya kesana bisa duduk tanpa perlu permisi-permisi lagi.
Begitu leganya bisa duduk setelah 2 jam nunggu bis berdiri daritadi. Saya pun mencoba memenjamkan mata sejenak.
Sesampai di daerah Klasan, saya sudah menyiapkan duit karena biasanya ada orang yang keliling untuk minta ongkosnya. Tapi ditunggu-tunggu tidak ada juga orang yang datang. Ya sudah lah pikir saya, kalau lupa bayar ya salah mereka sendiri.
Tapi perasaan kok sepi sekali saat itu, hanya terdengar suara bisikan-bisikan pelan dari arah depan. Dan orang-orangnya pun kok ekspresinya datar semua hanya melihat ke arah depan. Waktu saya duduk juga orang yang di sebelah saya seperti cuek-cuek saja tidak menoleh ke arah saya.
Mulailah saya teringat dengan cerita si mbah, konon ada bis hantu yang datang kalau naik bis di Janti malam-malam. Menurut cerita bis itu dulunya pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan semua penumpangnya tewas. Di dalam bis hantu itu isinya orang-orang berwajah pucat tanpa ekspresi. Kalau beruntung kita bisa saya ke Surabaya dari Jogja cepat sekali, pokoknya tidak sampai 3 jam. Tapi kalau lagi sial, kita bisa saja diturunkan ditempat yang tidak jelas, tidak tahu dimana.
Mencoba untuk tidak panik dan tetap berbaik sangka, saya mencoba bertanya kepada orang yang duduk di sebelah.
"Mas, boleh tau kamu mau turun mana ya?"
Tidak ada jawaban sama sekali dan tetap menghadap ke depan tanpa ekspresi. Sial! saat itu saya pun mulai panik. Saya coba tepuk bahunya sambil menyapa "Mas....".
Tapi tangan saya malah menembus badannya! Ahh! Hantu?!?!
“Pak! Kiri pak!!” Saya secara tak sadar langsung berteriak meminta supir untuk menghentikan bisnya sambil berdiri. Tapi tidak ada reaksi sama sekali. Seluruh penumpang disana juga benar-benar tidak memberikan reaksi apa-apa.
Bulu kuduk semakin merinding, badan serasa susah digerakkan dan gemetaran. Rasa takut ini semakin menjadi. Saya pun mau mencoba membaca doa-doa. Sialnya saya tidak bisa mengingat satu pun doa-doa yang harus saya baca. Saya pun masih berdiri dan susah rasanya untuk duduk.
Tiba-tiba salah seorang penumpang berkata sambil mengarahkan wajahnya ke arah saya,
"Mas duduk dong, bahaya kalau berdiri terus...."
Saat itu semua penumpang melihat ke arah saya, termasuk supir bis itu. Rasa panik dan takut itu sudah tak tertahan lagi. Saya pun pingsan seketika saat itu. Dan besok subuhnya saya ditemukan tertidur di terminal Surabaya oleh seorang petugas bersih-bersih disana.
Malam itu suasana sangat dingin, sudah jam 12 tengah malam tapi Bus Sumber Kencono tidak juga datang. Saya saat itu menunggu bus sendirian di sebuah halte bus di Janti. Suasana yang dingin itu membuat bulu kuduk berdiri, belum lagi perasaan was-was karena takut ada preman. Terlebih lagi malam itu adalah malam Jumat Kliwon. Ahhh, campur aduk lah pokoknya.
Dari kejauhan terlihat ada sebuah motor yang menghampiri saya. Sepertinya orang yang diboncengnya mau naik bis juga. Terlihat dia menggunakan jaket kampus, anak kuliahan kayaknya.
"Mau ke mana Mas?" Saya mencoba mengajak ngobrol.
Lebih dari satu kali saya tanya, tapi mereka tidak menjawab dan hanya memalingkan wajahnya ke arah datangnya bis. Sombong sekali orang ini pikir saya.
Tak berapa lama kemudian akhirnya bis legendaris itu datang. Bis itu adalah bis dengan rute Jogja-Surabaya.
Orang yang naik motor tadi naik duluan, terus saya naik setelahnya.
Pas baru masuk ternyata kondisinya sudah hampir penuh. Waktu itu ada satu kursi kosong di bangku yang berderet 3, dua kursi lainnya sudah diisi oleh orang yang sudah naik daritadi.
Saya pun permisi untuk duduk disitu. Tapi mereka sangat tidak sopan, mereka sama sekali tidak menjawab saya. Cuek aja kayak tidak peduli sama saya. Sambil masih merasa kesal, saya pun melihat ke arah belakang dan untungnya ada 3 kursi kosong di paling belakang. Langsung saja saya kesana bisa duduk tanpa perlu permisi-permisi lagi.
Begitu leganya bisa duduk setelah 2 jam nunggu bis berdiri daritadi. Saya pun mencoba memenjamkan mata sejenak.
Sesampai di daerah Klasan, saya sudah menyiapkan duit karena biasanya ada orang yang keliling untuk minta ongkosnya. Tapi ditunggu-tunggu tidak ada juga orang yang datang. Ya sudah lah pikir saya, kalau lupa bayar ya salah mereka sendiri.
Tapi perasaan kok sepi sekali saat itu, hanya terdengar suara bisikan-bisikan pelan dari arah depan. Dan orang-orangnya pun kok ekspresinya datar semua hanya melihat ke arah depan. Waktu saya duduk juga orang yang di sebelah saya seperti cuek-cuek saja tidak menoleh ke arah saya.
Mulailah saya teringat dengan cerita si mbah, konon ada bis hantu yang datang kalau naik bis di Janti malam-malam. Menurut cerita bis itu dulunya pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan semua penumpangnya tewas. Di dalam bis hantu itu isinya orang-orang berwajah pucat tanpa ekspresi. Kalau beruntung kita bisa saya ke Surabaya dari Jogja cepat sekali, pokoknya tidak sampai 3 jam. Tapi kalau lagi sial, kita bisa saja diturunkan ditempat yang tidak jelas, tidak tahu dimana.
Mencoba untuk tidak panik dan tetap berbaik sangka, saya mencoba bertanya kepada orang yang duduk di sebelah.
"Mas, boleh tau kamu mau turun mana ya?"
Tidak ada jawaban sama sekali dan tetap menghadap ke depan tanpa ekspresi. Sial! saat itu saya pun mulai panik. Saya coba tepuk bahunya sambil menyapa "Mas....".
Tapi tangan saya malah menembus badannya! Ahh! Hantu?!?!
“Pak! Kiri pak!!” Saya secara tak sadar langsung berteriak meminta supir untuk menghentikan bisnya sambil berdiri. Tapi tidak ada reaksi sama sekali. Seluruh penumpang disana juga benar-benar tidak memberikan reaksi apa-apa.
Bulu kuduk semakin merinding, badan serasa susah digerakkan dan gemetaran. Rasa takut ini semakin menjadi. Saya pun mau mencoba membaca doa-doa. Sialnya saya tidak bisa mengingat satu pun doa-doa yang harus saya baca. Saya pun masih berdiri dan susah rasanya untuk duduk.
Tiba-tiba salah seorang penumpang berkata sambil mengarahkan wajahnya ke arah saya,
"Mas duduk dong, bahaya kalau berdiri terus...."
Saat itu semua penumpang melihat ke arah saya, termasuk supir bis itu. Rasa panik dan takut itu sudah tak tertahan lagi. Saya pun pingsan seketika saat itu. Dan besok subuhnya saya ditemukan tertidur di terminal Surabaya oleh seorang petugas bersih-bersih disana.
0 komentar:
Posting Komentar